Minggu, 25 Maret 2012

Pengusaha Sukses

Pengusaha Sukses Es Teler 77

Siapa yang tak kenal dengan produk es teller 77, ratusan gerainya sudah tersebar di seluruh nusantara. Tidak puas dengan mempertahankan pasar dalam  negeri, kini produk es teller 77 merupakan salah satu bisnis franchise makanan yang berhasil merambah pasar internasional. Produknya sudah menjangkau pasar luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Australia, serta masih akan terus dikembangkan untuk membuka gerai berikutnya di India, Jeddah dan Arab Saudi.
Terinspirasi dari sang mertua (Ibu Murniati Widjaja) yang menang lomba membuat es teler, Sukyatno yang dulunya bernama Hoo Tjioe Kiat mencoba menjual es teler di emperan toko dengan menggunakan tenda – tenda. Usaha yang dimulainya pada tanggal 7 Juli 1982 ini, ternyata bukan peluang bisnis yang pertama kali Ia coba. Berbagai peluang bisnis seperti  menjadi salesman, tengkulak jual beli tanah, makelar pengurusan SIM, menjadi pemborong bangunan, sampai mencoba bisnis salon pernah Ia geluti dan semuanya gagal ditengah jalan.
Tak ingin mengulangi kegagalan bisnis seperti sebelumnya, Sukyatno mulai menekuni bisnis es telernya yang diberi nama es teler 77. Angka 77 digunakan sebagai merek es telernya, karena angka tersebut mudah diingat dan diharapkan menjadi angka hoki bagi pemilik bisnis ini. Keyakinan Sukyatno pun tepat, merek es teler 77 mulai dikenal masyarakat dan menjadi salah satu produk unggulan dari dulu sampai sekarang.
Dari sebuah warung tenda yang dulunya berada di emperan toko, Sukyatno berinisiatif untuk mengembangkannya menjadi bisnis waralaba. Setelah 5 tahun mempertahankan bisnisnya, tepat pada tahun 1987 untuk pertama kalinya dibuka gerai es teler 77 di Solo dengan sistem franchise. Semenjak itu perkembangan bisnisnya pun sangat pesat, dengan keuletan dan kerja keras yang dimiliki Sukyatno kini es teller 77 telah memiliki lebih dari 180 gerai yang tersebar di berbagai pusat perbelanjaan dan pertokoan yang ada di Indonesia bahkan hingga mancanegara.

Kunci sukses es teller 77

Bersamaan dengan perkembangan bisnisnya, pada tahun 2007 Sukyatno kembali ke hadapan Yang Maha Esa. Kesederhanaan dan kerjakerasnya dalam mengembangkan usaha, kini dilanjutkan oleh salah satu anaknya yaitu Andrew Nugroho selaku direktur PT. Top Food Indonesia. Berkat komitmen para pengelola bisnis ini, sekalipun menghadapi persaingan dagang yang cukup ketat dengan bisnis franchise makanan asing maupun franchise lokal yang saat ini banyak bermunculan. Es teller 77 terus berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para konsumennya. Ini dibuktikan dengan adanya inovasi baru dari es teler 77 yang mengenalkan menu makanan terbarunya antara lain gado – gado, rujak buah, mie kangkung, dan nasi goreng buntut. Andrew sengaja mempertahankan menu tradisional yang tidak asing bagi lidah orang Indonesia, agar masyarakat yang masuk pertokoan masih bisa menemukan menu tradisional yang mereka gemari.
Disamping itu untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap es teler 77, Andrew juga memberikan fasilitas kartu member bagi para pelanggannya. Dengan kartu klub juara yang diluncurkannya, pelanggan berhak memperoleh diskon makanan dan minuman yang ada di seluruh gerai es teler 77.
Atas kerjakeras dan perjuangan keluarga Sukyatno dalam mengembangkan bisnisnya, berbagai penghargaan pun pernah diterimanya. Kesuksesan es teller 77 dalam mengembangkan bisnis franchisenya, menjadi motivasi besar bagi semua orang. Semoga kisah profil pengusaha sukses es teler 77, dapat menjadi inspirasi bagi calon pengusaha maupun para pengusaha yang sedang merintis bisnisnya. Salam sukses.

Ringkasan
Siapa yang tak kenal dengan produk es teller 77, ratusan gerainya sudah tersebar di seluruh nusantara. Terinspirasi dari sang mertua (Ibu Murniati Widjaja) yang menang lomba membuat es teler, Sukyatno yang dulunya bernama Hoo Tjioe Kiat mencoba menjual es teler di emperan toko dengan menggunakan tenda – tenda. Tak ingin mengulangi kegagalan bisnis seperti sebelumnya, Sukyatno mulai menekuni bisnis es telernya yang diberi nama es teler 77. Dari sebuah warung tenda yang dulunya berada di emperan toko, Sukyatno berinisiatif untuk mengembangkannya menjadi bisnis waralaba.
Bersamaan dengan perkembangan bisnisnya, pada tahun 2007 Sukyatno kembali ke hadapan Yang Maha Esa. Kesederhanaan dan kerjakerasnya dalam mengembangkan usaha, kini dilanjutkan oleh salah satu anaknya yaitu Andrew Nugroho selaku direktur PT. Top Food Indonesia. Disamping itu untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap es teler 77, Andrew juga memberikan fasilitas kartu member bagi para pelanggannya. Atas kerjakeras dan perjuangan keluarga Sukyatno dalam mengembangkan bisnisnya, berbagai penghargaan pun pernah diterimanya. Kesuksesan es teller 77 dalam mengembangkan bisnis franchisenya, menjadi motivasi besar bagi semua orang.

Pendapat
            Berbagai peluang bisnis seperti  menjadi salesman, tengkulak jual beli tanah, makelar pengurusan SIM, menjadi pemborong bangunan, sampai mencoba bisnis salon pernah Ia geluti dan semuanya gagal ditengah jalan. Dengan kegagalan yang sebelumnya di jalanin, Sukyatno tidak menyerah untuk berbisnis. Membuka bisnis Es Teller 77 yang terinspirasi dari sang mertua (Ibu Murniati Widjaja) yang menang lomba membuat es teller. Sukyatno mencoba merintis usaha bisnisnya dari warung tenda yang dulunya berada di emperan toko, hingga sekarang telah memiliki lebih dari 180 gerai yang tersebar di berbagai pusat perbelanjaan dan pertokoan yang ada di Indonesia bahkan hingga mancanegara. Produknya sudah menjangkau pasar luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Australia, serta masih akan terus dikembangkan untuk membuka gerai berikutnya di India, Jeddah dan Arab Saudi.
pada tahun 2007 Sukyatno kembali ke hadapan Yang Maha Esa. Kesederhanaan dan kerjakerasnya dalam mengembangkan usaha, kini dilanjutkan oleh salah satu anaknya yaitu Andrew Nugroho selaku direktur PT. Top Food Indonesia.
Atas kerjakeras dan perjuangan keluarga Sukyatno dalam mengembangkan bisnisnya, berbagai penghargaan pun pernah diterimanya.

Senin, 12 Maret 2012


SENI BERKUDA

Orang miskin bekerja dengan tangannya sendiri. Yang kaya memakai tangan-tangan orang lain.
            Seni Berkuda harus dimilika oleh siapa saja yang menghendaki kemajuan. Orang-orang yang tidak menemukan kuda bag dirinya terpaksa harus bekerja lebih keras dan menjadikan dirinya sendiri sebagai kuda. Semakin anda merasa pintar dan semakin anda tak merasa perlu orang lain, maka semakin anda tergantung pada diri sendiri.
            Sebaliknya, semakin kita merasakan dan mengakui kekurangan kita, maka semakin kita merasa memerlukan orang lain. Inilah tip bagi orang yang ingin mencapai kinerja seperti myang dicapai oleh Yoris Sebastian. Ia bukan siapa-siapa namun menjadi siapa-siapa Karena talenta (potensi) yang dimilikinya di asah terus-menerus dan menemukan pintu keluarnya.
            Seberapa pun hebatnya anda, tetaplah rendah hati. Dengan merendah dan merunduk anda akan ditemui dan dicari banyak orang. Tetapi lebih dari itu anda juga akan mendatangi mereka, mencari pintu dan menemukan pintu-pintu terbuka. Sebaliknya, orang yang tinggi hati akan dijauhkan dan menjauh dari pintu peluang kemajuannya.
            Dari pertemuan-pertemuan itu, temukanlah “kuda”mu. Ia dapat berupa keahlian yang engkau asah, tetapi juga dapat berupa nama-nama besar yang dapat membuatmu ikut melambung naik. Dengan membuat “kuda”mu berkilau, engkau akan kebagian sinar cahayanya.
            Buatlah karya besar bersama dengan “kuda”mu itu. Yoris Sebastian menemukan kudanya di sebuah kafe yang didukung oleh radio kreatif. Ia membuat karya-karya besar yang bukan hanya diakui rekan-rekannya saja, melainkan juga oleh atasan dan pemilik perusahaan, sehingga ia meraih kepercayaan.
            Setiap “kepercayaan” memerlukan panggung pertunjukkan, temukanlah panggung itu dan lakukan performa disana. Sebab setiap lilin tak akan menyala terang di bawah ruang hampa udara.
            Setelah memiliki sayap, terbanglah. Kuda tunggangan tak hanya untuk di tunggangi melainkan harus dipacu. Seekor burung yang belajar terbang harus berani keluar dari sarangnya. Meskipun terjatuh, ia harus mulai mengepakan sayapnya. Seorang anak harus berani melepas selimut rasa nyamannya, berkelana mengarungi bumi dengan keberanian berwirausaha secara mandiri. Jadilah manusia yang mandiri dengan kekuatan itu.
            Latihlah otot-ototmu setiap saat. Otot dilatih bukan hanya untuk meraih kedewasaan, melainkan juga untuk menunda penuaan. Perbaiki diri sepanjan waktu, karena sebuah perjalanan bias berakhir pendek, bias juga menjadi panjang. Bagi Yoris, kreatifitas perlu dilatih. Asalkan kita mau berpikir dan tidak terperangkap oleh kebiasaan, maka setiap saat hidup akan dipenuhi gagasan-gagasan baru.
           

Salman Azis Alsyafdi

Berawal dari usaha jual beli nasi goreng dan buku foto kopian, bisnis Salman terus berkembang ke segala arah. Dari warnet dan penyewaan komputer tok foto, hingga laundry, dan usaha salon. Modalnya bukan uang, melainkan kejelian membaca peluang, kemauan dan kreativitas.
Modal utama berusaha adalah kemauan dan kreativitas, bukan uang. Salman Azis Asyafdi telah membuktikannya. Bisnisnya dirintis tanpa modal uang sepersen pun.
Salman begitu terobsesi dengan berwirausaha, itu gara-gara ketika ia masih duduk di bangku SMU bapaknya memberikan buku berjudul Righ Dap Poor Dad, karya fenomenal Robert T. Kiyosaki. Ia mengaku meneukan sebuah pilihan hidup yang sangat menarik karena terinspirasi buku itu, pilihan untuk menjadi pengusaha. “Sebagai manusia saya tidak ingin untuk mengikuti arah arus yang ditetapkan sejumlah orang. Saya ingin menciptakan arus itu sendiri,” ujarnya.
Penghargaan yang pernah diraih oleh Salman Azis Asyafdi adalah:
1.      2007 Pemenang II Wirausaha Muda Mandiri Kategori Mahasiswa program Diploma dan Sarjana.
2.      2008 Best Entrepreneur Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.
Lain-lainnya:
1.      2007 – sekarang Pemilik Usaha Website, Salon di Asrama UI, Cetak Foto di Depok, Video Shooting dan Editing, Cetak Foto di Serpong, Servis, dan Penjualan Komputer di Serpong, Warnet di Pamulang, Warnet di Bukit Indah.
2.      2005 Usaha Laundry di Asrama UI dan Warnet di Universitas Pancasila.
3.      2004 – sekarang Warnet di Asrama UI.
4.      2005 – 2007  Usaha Pulsa di Asrama UI.
5.      2005 Menjual Buku Foto Copy di Fasilkom UI dan Jual Beli Nasi Goreng SMU Insan Cendekita Serpong.
“Bagi saya berbisnis itu ibarat petualangan di laut lepas mencari pulau harta karun,” katanya. Hal itu membuat ia selalu ingin coba-coba dan bereksperimen dengan bisnis. “Banyak di antara percobaan itu yang gagal atau tidak dilanjutkan, bagi saya itu hal yang biasa,” lanjutnya.
Jalan Salman masih terentang panjang. Namun dengan visi yang jelas dan misi yang tegas, kreativitasnya, kemauan dan kemampuannya, kita berharap ia bisa mewujudkan mimpinya dan menyumbangkan manfaat bagi orang banyak.


PENDAPAT

Menurut pendapat saya dari buku yang berjudul “Seni berkuda” ini, menceritakan pengalaman Salman Azis Alsyafdi, S. KOM yang berawal berbisnis tanpa modal (uang). Beliau menjalankan bisnis dengan modal utamanya adalah kemauan dan kereativitas. Dengan modal kemauan dan kreativitas, beliau menjalankan bisnisnya dengan apa yang dibutuhkan oleh teman-temannya. Dengan kejelian membaca peluang, beliau selalu memanfaatkannya untuk dijadikan suatu bisnis. Walaupun beliau pernah gagal dalam berbisnis karena ada saingannya yang tidak senang, beliau tidak pernah putus asa untuk berusaha untuk menjalankan bisnisnya kembali.
Beliau menjalankan bisnisnya mulai dari SMU. Bisnis yang pernah dialami beliau dari SMU hingga sekarang yaitu jual beli nasi goreng, berjualan foto kopian buku, menjual komputer rakitan, membuka warnet, penyewaan komputer, toko foto, laundry, usaha salon, hingga sekarang beliau mempunyai bisnis yaitu bisnis berbasis teknologi informasi, dalam hal ini bisnis warnet, website, dan pelatihan teknologi informasi. Dengan adanya visi yang jelas dam misi yang tegas, kreativitas, kemauan, dan kemampuannya, beliau berharap ia bisa mewujudkan mimpinya dan menyumbangkan manfaat bagi orang banyak.
Usaha berbisnis beliau bagaikan anak burung yang baru belajar terbang. Anak burung yang belajar terbang akan jatuh hingga anak burung tersebut bisa terbang. Begitu pula beliau dengan bisnisnya, beliau pernah mengalami kegagalan dalam menjalankan bisnisnya. Walaupun pernah gagal, beliau terus mencoba berbisnis kembali dan sekarang beliau mempunyai bisnis tetap.